Android

Salah satu OS yang memiliki perkembangan pesat

Anonymous

Mereka yang menyebut dirinya pengadil di dunia maya !!

Xenom Indonesia

Salah satu produsen notebook gaming lokal

Rabu, 21 Maret 2012

Meluangkan Waku di Tengah Kesibukan

Ada sebuah cerita tentang seorng anak yang ingin membeli waktu ayahnya untuk mengajaknya bermain...

Pada suatu malam sang anak menunggu ayahnya pulang kerja hingga larut malam sampai sang ayah akhirnyapun datang. Kemudian sang ayah bertanya kepada anaknya...

Ayah : "Lho, kok belum tidur, nungguin ayah ya??"
Anak : "Iya yah!!"
Ayah : "Memangnya kenapa??"
Anak : "Yah, aku mau tanya. Kalau gaji ayah kerja itu berapa??
Ayah : "Lho, kok tanya itu, memangnya kenapa??"
Anak : Enggak papa kok yah, cuma ingin tahu aja!!"
Ayah : Kalau gaji ayah itu 10 jamnya 400.000!!
Anak : Sebentar yah, aku mau ambil kertas sama alat tulisku di meja belajar...
Ayah : Iya!!!
Anak : Berarti gaji ayah 40.000 ya per jam...
Ayah : Iya, benar sekali
Anak : Yah, aku boleh ga' pinjam uang lima ribu??
Ayah : Buat apa, ini kan udah malam. Sana cepat tidur!!
Anak : Tapi yah, aku mau pinjam sekarang!!
Ayah : Sudah sana tidur aja, besok aja ayah kasih uangnya!!! (DENGAN NADA MEMBENTAK)

Sang anakpun langsung pergi ke kamarnya sambil menangis. Kemudian sang ayahpun menyesali telah menyentak anaknya tadi. Lalu dia menghampirinya di kamarnya!!

Ayah : Sudah nak, jangan nangis lagi. Ayah minta maaf ya!! Memangnya uang itu buat apa sih??
Anak : Kan ayah digaji perjamnya 40.000, aku hanya punya uang 15.000 jadi aku pinjam ke ayah 5.000 supaya uangku genap 20.000 untuk menyewa ayah selama 30 menit. Aku ingin main ular tangga sama ayah selama 30 menit saja karena aku sudah lama sekali tidak main sama ayah!!!

Seketika itu sang ayah serasa hatinya ingin menangis mendengar ucapan anaknya tadi.


Astaghfirullah!!
Bagaimana jika seluruh orang didunia ini hanya memikirkan kesibukannya sendiri tanpa peduli orng lain yang menyayanginya. Untuk itu sesibuk apapun diri kita luangkanlah sedikit waktu saja untuk melakukan sesuatu yang sudah menjadi kewajiban kita!!!

Sekian postingan dari saya, semoga cerita ini bisa menginspirasi kita semua!!!!!!!!

Senin, 19 Maret 2012

Setiap Kemenangan Butuh Kesabaran

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran…


“Ayah, ayah” kata sang anak…

“Ada apa?” tanya sang ayah…..

“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…

aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …

aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …


aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…


aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…


aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…


Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.


Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…


“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.


“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.


” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”


” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”


” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”


” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”


” Nah, akhirnya kau mengerti”


” Mengerti apa? aku tidak mengerti”

” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”


” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”


” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”

” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”


Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya...

Jawaban Elegan dari Seorang Tukang Bakso



Cerita ini saya kutip dari situs apasih.com, mari kta tarik hikmah dari cerita kali ini!!!

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.


Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...



Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya

membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.



"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita-cita penyempurnaan iman ".



"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.



"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :



1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.



2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.



3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.



Hatiku sangat...... 

.....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.



Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".



Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.



Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".



"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".


Arti Sebuah Kejujuran



Dr. Arun Gandhi, cucu mendiang Mahatma Gandhi bercerita :


Pada masa kecil ia pernah berbohong kepada ayahnya. Saat itu ia terlambat menjemput ayahnya dengan alasan mobilnya belum selesai diperbaiki, padahal sesungguhnya mobil telah selesai diperbaiki hanya saja ia terlalu asyik menonton bioskop shg lupa akan janjinya.

Tanpa sepengetahuannya, sang ayah sudah menelpon bengkel lebih dulu sehingga sang ayah tahu ia berbohong.

Lalu wajah ayah tertunduk sedih; sambil menatap Arun sang ayah berkata :

"Arun, sepertinya ada sesuatu yang salah dengan ayah dαƖαm mendidik dan membesarkan kamu, sehingga kamu tidak punya keberanian utk berbicara jujur kepada ayah.

Utk menghukum kesalahan ayah ini, biarlah ayah pulang dengan berjalan kaki; sambil merenungkan di mana letak kesalahannya"
Dr. Arun berkata :
Sungguh saya begitu menyesali perbuatan saya tersebut. Sejak saat itu seumur hidup, saya selalu berkata jujur pada siapapun.
Seandainya saja saat itu ayah menghukum saya, mungkin saya akan menderita atas hukuman itu, dan mungkin hanya sedikit saja menyadari kesalahan saya.Tapi dengan tindakan mengevaluasi diri yang dilakukan ayah, meski tanpa kekerasan, justeru memiliki kekuatan luar biasa utk mengubah diri saya sepenuhnya.



Dari cerita diatas kita bisa menarik hikmah kalau arti sebuah kejujuran lebih penting dari sebuah kata penyesalan...

Sekian postingan saya, semoga bermanfaat!!!